Laman

Benarkah Taqdir dan Nasib itu ditangan Allah dan tidak bisa dirubah...???

Hidup ini serba tak terduga dan penuh dengan misteri. Hampir semua orang pernah mengeluhkan tentang perjalanan hidupnya tapi sangat sedikit yang mau menyelami dan memahami arti hidup yang sesungguhnya. Ada yang mengatakan takdir itu kejam dan tidak sedikit pula yang berkata ini memang sudah taqdir ku, sudah nasibku begini, mo diapain juga ya memang sudah begini. Lebay bin alay, hadoooh... 

Ada statement yang menarik dari sebagian orang tentang Taqdir dan Nasib, mereka mengatakan kalau Taqdir itu tidak bisa diubah, yang bisa diubah hanyalah Nasib, Benarkah demikian..?? 

Lantas benarkah bila ada yang mengatakan kalau Taqdir itu sudah merupakan ketentuan final yang tidak bisa dirubah..?? Banyak yang menjawab Taqdir itu tidak bisa dirubah, itu sudah ketentuan Allah yang tidak bisa diganngu gugat lagi.!!!

Salahkah statement itu.??? Saya tidak akan mengatakan kalau statement itu salah tapi lebih mencoba untuk memahami bahwa: ada kejadian di dunia ini yang sudah merupakan taqdir Allah yang tidak bisa dirubah lagi, dan ada juga kejadian yang bukan takdir Allah (dalam artian taqdir yang masih memungkinkan untuk dirubah). 

Anda bingung.? samma, saya juga. hehehe... Oke, biar gak tambah bingung, saya akan coba membagi taqdir itu ke dalam dua pemahaman:
  1. Taqdir absolut (Permanen) --> adalah segala ketentuan & semua kejadian yang samasekali tidak bisa dihindarkan dengan kemampuan dan tindakan apapun oleh manusia. Seperti: kematian. Ini merupakan taqdir absolut (permanen) yang tidak bisa dirubah. Siapa Orangtua yang telah melahirkan kita, ini juga tidak bisa dirubah, dan yang serupa dengannya,..
  2. Taqdir Relatif --> adalah taqdir yang masih memungkinkan untuk dirubah oleh manusia melalui usaha dan do'a. Seperti: Jodoh & Rejeki, taqdir ini masih memungkinkan untuk dirubah melalui niat, do'a dan usaha yang sungguh-sungguh. Banyak kita lihat orang yang semula tidak dapat jodoh akhirnya menemukan jodohnya, dan orang miskin yang berubah menjadi kaya karena niat, tekad yang kuat, berdo'a dan berusaha dengan sungguh-sungguh.
sebagai bahan renungan: Ada sebuah dialog sederhana antara guru dan murid tentang Taqdir dan Nasib (tidak ingat lagi referensi dialog ini dapat dari mana) :

Murid : Guru... apa itu Taqdir dan apa itu Nasib.?

Guru : Saat kamu berjalan dari tempatmu sekarang hingga keluar dari pintu, itu adalah nasibmu. Saat kamu sedang menjalani nasibmu lalu kemudian kamu ditimpa meteor, maka itu adalah taqdirmu. Dan ternyata setelah tertimpa meteor kamu masih hidup dan memiliki kemampuan telekinetik, maka itu adalah taqdirmu dan sudah menjadi nasibmu pula untuk meneruskan hidupmu dengan memanfaatkan anugerah itu.

Murid : Berarti ada hubungan sebab akibat antara Taqdir dan Nasib.?

Guru : Tentu saja... jika kamu menjalani nasibmu dengan menanam bibit pohon jeruk sampai nanti memanen buahnya, maka itu adalah taqdirmu. Saat kamu menjalani nasibmu dengan memelihara tanaman jerukmu dengan baik dan ternyata diserang hama, maka itu adalah taqdirmu. Dan sudah menjadi nasibmu pula untuk membasmi hama tersebut dan menerima taqdirmu berupa panen buah jeruk yang ternyata asam. Dan sudah menjadi nasibmu pula untuk kembali berusaha dengan mengganti bibit jeruk dan pupuknya sehingga kelak engkau ditaqdirkan untuk memanen jeruk yang lebih manis.

Murid : Lantas masih perlukah kita merencanakan hidup kita.?

Guru : Sehebat apapun rencana hidupmu dibuat, pada akhirnya kita hanya hidup untuk saat ini karena masa lalu sudah lewat dan masa depan masih belum tentu.

Murid : Tapi bukankah tanpa rencana berarti hidup kita tanpa tujuan.?

Guru : Tujuan hidup kita adalah menjalani Taqdir dan mengubah Nasib.

Taqdir adalah segala ketentuan dari suatu peristiwa yang terjadi di alam ini yang meliputi semua sisi kejadiannya, baik itu mengenai kadar/ ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Taqdir adalah hasil akhir dimana sebuah usaha sudah dikerjakan (tidak berlaku untuk taqdir yang bersifat absolut/ permanen).

Sedangkan, Nasib adalah sebuah proses yang sedang diusahakan oleh manusia, walaupun hasil akhirnya tetap merupakan ketentuan/ keputusan Allah. Sebuah taqdir selagi masih memungkinkan untuk dirubah melalui usaha dan do'a bisa dikonotasikan sebagai nasib/ taqdir yang bersifat relatif.

Wallahu a'lam bish shawab, semoga bermanfat....




Wassalam...

Daftar Isi