Berwisata ke tanah rencong rasanya belum lengkap dan sempurna bila belum menginjakkan kaki dan memanjakan mata dengan menelusuri setiap detail keindahan dan kemegahan arsitektur rumah Allah yang berdiri kokoh ditengah-tengah kota Banda Aceh.
Sebuah karya seni yang sangat mengagumkan dan menjadi salah satu saksi bisu perjalanan panjang sejarah Aceh yang pernah menguncang dunia beberapa abad yang silam.
Berbagai perasaan dipastikan berkecamuk dalam batin setiap orang yang mengunjungi mesjid ini. Perasaan damai dan tenang langsung menyelimuti jiwa ketika melangkah masuk ke dalam mesjid, apalagi bila menyempatkan diri untuk shalat sunat tahyatul masjid, berdoa dan berzikir.
Bagi seseorang yang jiwanya bersih, setelah shalat dan berzikir akan merasakan getaran energi positif yang merambat disekujur tubuh yang membuat perasaan jadi tenang, damai dan ingin berlama-lama tafakkur di dalam mesjid.
Bagi seseorang yang jiwanya bersih, setelah shalat dan berzikir akan merasakan getaran energi positif yang merambat disekujur tubuh yang membuat perasaan jadi tenang, damai dan ingin berlama-lama tafakkur di dalam mesjid.
Mesjid ini tidak menggunakan pendingin ruangan (AC), Meskipun cuaca di luar sedang berada di puncak kegerahannya tapi suasana di dalam mesjid tetap terasa sangat sejuk, nyaman, dan adem. سُبْحَانَ اللّهُ ... Maha suci Allah dengan segala keagungan dan kebesarannya.
Ketika melangkahkan kaki keluar masjid, perasaan yang tadinya damai dan tenang pun segera tergantikan dengan perasaan takjub dan kagum menyaksikan keindahan taman, kolam ikan, gerbang, dan menara yang menjulang tinggi dihalaman utama mesjid.
Anda juga dapat menikmati keindahan mesjid dan pemandangan kota Banda Aceh dari ketinggian sekitar 60 meter dengan menaiki menara utama mesjid ini.
Anda juga dapat menikmati keindahan mesjid dan pemandangan kota Banda Aceh dari ketinggian sekitar 60 meter dengan menaiki menara utama mesjid ini.
Saat tsunami meluluh lantak kan kota Banda Aceh pada tahun 2004 silam banyak masyarakat kota Banda Aceh yang berlindung di dalam mesjid. Dan dengan berkat rahmat dan kuasa Allah SWT dahsyatnya terjangan gelombang secara perlahan mulai melemah dan ketinggian air pun mulai menyusut drastis hingga tinggal hanya sebatas anak tangga yang paling atas saja saat tiba di mesjid . اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
Selain berwisata religi, mengunjungi mesjid ini juga sekaligus sebagai wisata sejarah. Ada perbedaan catatan sejarah mengenai awal mula pembangunan mesjid kebanggaan rakyat Aceh ini.
Menurut sebuah literatur, mesjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sulthan Iskandar Muda sekitar tahun 1612 M. Sedangkan pada literatur lainnya menyebutkan bahwa yang mendirikan Masjid Raya Baiturrahman adalah Sultan Alaidin Mahmudsyah pada tahun 1292 M.
Dalam perjalanan sejarah, Mesjid Raya Baiturrahman merupakan simbol Agama, Budaya, Ilmu Pengetahuan dan kebanggaan rakyat Aceh selama berabad-abad. Pada puncak kejayaan kerajaan Aceh, yaitu pada masa Sulthan Iskandar Muda Meukuta Alam dan pada masa Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin mesjid ini menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia.
Banyak para pencari ilmu dari berbagai negara yang berdatangan untuk menuntut ilmu disini dan menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di Asia Tenggara. Sedangkan pada masa penjajahan mesjid ini menjadi simbol perjuangan, perlawanan dan nasionalisme rakyat Aceh.
Dari beberapa catatan sejarah juga menyebutkan bahwa mesjid ini pernah dua kali dibakar, yang pertama pada masa pemerintahan Sri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin (1675-1678). Mesjid ini dibakar pada saat pemberontakan kaum wujudiah yang telah menyimpang dari ajaran islam, bahkan tidak hanya mesjid tapi seluruh kota dan termasuk istana kerajaan Darud Dunia juga ikut terbakar.
Yang kedua adalah pada saat penyerangan gelombang kedua oleh tentara kerajaan Belanda pada tahun 1873 M, lalu dibangun kembali enam tahun kemudian oleh Mayor Jenderal Karel van der Heijden yang menjabat sebagai gubernur militer Aceh pada waktu itu. Peletakan batu pertama diwakili oleh Teungku Qadhi Malikul Adil pada tahun 1879 M dan selesai dibangun pada tahun 1882 M dengan hanya memiliki satu kubah.
Pada tahun 1991-1993 dilakukan renovasi besar-besaran meliputi taman, perpustakaan, aula, ruangan dalam mesjid, penambahan satu buah menara utama, dua buah minaret dan pemasangan lantai marmar buatan Italia. Setelah beberapa kali renovasi, mesjid Raya Baiturrahman kini memiliki tujuh kubah, empat menara, dan satu menara induk.
Alhamdulillah... setelah melewati perjalanan panjangnya selama berabad-abad, Mesjid Raya Baiturrahman kini menjelma bak kilauan permata dari Tanah Rencong.
Siapapun yang mengunjunginya dipastikan jiwanya kan berguncang, berdecak kagum memuji kebesaran Ilahi Rabbi.
Mesjid Raya Baiturrahman tak hanya berkilau bak permata tapi juga merupakan kebanggaan rakyat Aceh yang menjadi simbol Agama, Budaya, Ilmu pengetahuan, Peradaban, Kejayaan, Keperkasaan dan Nasionalisme dari masa ke masa.
Note:
Dengan mengunjungi Mesjid Raya Baiturrahman berarti anda telah melakukan wisata religi, budaya dan sejarah. Pastikan anda menggunakan pakaian yang sopan, rapi dan berbusana muslimah bagi yang wanita saat berwisata kesini bila tidak ingin hanya bisa melihatnya dari luar pagar tanpa merasakan kedamaiannya di dalam mesjid.
Wassalam...